***
Perjalanan
penulis bersama teman kelompoknya dalam menjalani kewajibannya sebagai
mahasiswa membawanya bertemu dengan sosok yang sangat luar biasa. Sosok yang
membuat mereka langsung terinspirasi dan bersemangat dalam meraih mimpi.
Izinkan penulis memperkenalkan dua manusia istimewa ini dalam goresan sederhana
ini.
Abdul
Gawi dan Arya Kuswara adalah dua sosok yang dimaksud. Mereka adalah siswa
inklusi di salah satu sekolah menengah atas di Mataram. Apa maksud kata inklusi
pada kata tersebut teman-teman? Inklusi artinya siswa dengan kebutuhan khusus
namun tetap belajar dalam ruang kelas yang sama bersama siswa reguler. Mereka
merupakan siswa inklusi penyandang Tunanetra. Dua sosok ini sungguh luar biasa
kawan. Dengan segala keterbatasannya , mereka berhasil mengukir prestasi yang
sungguh di luar dugaan dengan mimpi-mimpi yang melangit yang mungkin kata orang
“kau tak mungkin mampu meraihnya”. Mari dengarkan kisah ini dengan hati
terbuka dan ikhlas kawan-kawan :)
Abdul
Gawi akrab disapa Gawi merupakan siswa inklusi kelas 11 jurusan Bahasa. Ia
merupakan siswa inklusi yang berprestasi teman-teman. Tak ayal, ia pernah
meraih juara harapan 1 dalam lomba menulis karya ilmiah populer di Yogyakarta.
Selain itu, ia pernah menjadi juara dalam lomba debat bahasa Inggris. Sungguh
luar biasa teman-teman. Sosok dengan segala keterbatasannya mampu melewati
labirin kemustahilan yang disangka orang banyak. Tak hanya dalam urusan akademik,
Gawi juga merupakan hafiz yang telah menghafal Al-Quran. Dalam suatu
kesempatan, penulis dan teman-temannya pernah mendengar lantunan ayat suci dari
saudara kita yang satu ini. Baik, kita
lanjutkan dengan sosok menginspirasi berikutnya teman-teman.
Arya
Kuswara juga siswa inklusi kelas 10 jurusan Bahasa. Arya kuswara merupakan
sosok yang luar biasa pula kawan. Ia pernah menjadi juara dalam lomba catur.
Arya memiliki mimpi dan cita-cita yang membumbung tinggi. Ia bercita-cita
menjadi seorang programmer. Sebuah cita-cita amazing yang mungkin
impossible bagi seorang penyandang tunanetra sepertinya. Namun, Arya
selalu yakin bahwa cita-citanya suatu saat pasti tercapai dengan ikhtiar yang
maksimal.
(Abdul Gawi dan Arya Kuswara)
Penulis
memilih kedua sosok ini bukan sembarangan teman-teman. Apa yang dapat kita
petik dari kedua sosok ini? Sungguh banyak pelajaran kehidupan yang dapat kita
petik. Di antaranya adalah tentang makna perjuangan. Apa itu perjuangan
teman-teman? Selama ini sudahkah kita berjuang untuk meraih cita-cita kita? Berjuang
dalam versi Gawi adalah segala usaha yang dikerahkan untuk meraih cita-cita dan
menebar manfaat. Perjuangan bukan tentang berapa kali kita terjatuh dalam
berusaha melainkan ketika kita mampu
bangkit dari jatuh dan keterpurukan yang menimpa itulah perjuangan.
Kawan,
mari kita merenung sejenak. Apa yang membuat kedua kawan kita ini, dengan
segala keterbatasannya mampu meriah prestasi kian gemilang? Apa yang membuat
semangat mereka terus menyala dalam belajar dan meraih mimpi? Satu kata yang
membuat mereka semangat ialah tekad. Tekad untuk membahagiakan orang
tua. Tekad untuk menjadi manusia yang berguna. Bayangkan kawan, sosok dengan
segala keterbatasannya ingin menjadi berguna? Mungkin sebagian besar orang
berkata tidak mungkin. Namun saudara kita ini, ingin menepis semua labirin
ketidakmungkinan itu dan berkata pasti bisa.
Bukankah
kedua sosok ini seolah menjadi tamparan keras bagi kita? Terkadang,
tamparan-tamparan itu memang datang dari orang yang tak pernah kita sangka.
Jika Gawi dengan segala keterbatasannya mampu menghafalkan Al-Quran, mengapa
kita tidak? Mengapa kita , dengan segala nikamat kesempurnaan yang telah Allah
karuniakan, belum mampu menghafalkan Al-Quran
barang 1 juz ? Sebuah tamparan keras bagi jiwa penulis tersendiri. Bahkan bagi
kita semua. Bahwa di balik kekuarangan Allah menyimpan sebuah kemampuan
istimewa pada hamba-Nya. Bahwa Tuhan kita, Allah, selalu memberikan
keistimewaan pada setiap hamba. Maka bagaimana cara kita bersyukur pada setiap
potensi itu? Ialah dengan cara memanfaatkan potensi itu di jalan kebaikan.
Menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Bukankah sebaik- baik manusia
adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia?
“Perjuangan
bukanlah tentang seberapa berat hambatan yang dihadapi melainkan seberapa kuat
dirimu untuk bangkit kembali setelah menerima kegagalan.”
-Abdul
Gawi
Untuk
itu, mulai detik ini mari kita terus memperbarui niat. Terus belajar dari
hal-hal sederhana. Bertumbuh dan berubah dari tamparan-tamparan sederhana.
Mulai melangkah untuk merajut mimpi-mimpi yang telah kita goreskan dalam
doa-doa. Agar mimpi-mimpi tak hanya mewujud dalam alam hayal. Terus tanamkan
optimisme dalam diri kita bahwa jika Allah sudah berkehendak maka terjadilah.
Tetap semangat. semoga tulisan sederhana ini dapat memberi inspirasi dan
manfaat bagi teman-teman sekalian :)
Salut dengan mereka yang tidak pernah menjadikan kekurangan sebagai alasan untuk mencapai sesuatu yang mereka harapkan🧐🥺💕
BalasHapus