Langsung ke konten utama

MEMETIK HIKMAH RAMADHAN DI TENGAH PANDEMI COVID - 19



Ramadhan 1441 H dijalankan dengan nuansa yang sedikit berbeda. Pasalnya Covid-19 masih saja terus mengamuk di tengah bulan suci ini. Hal ini membuat pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri Agama RI Nomor 6/2020 tanggal 6 April 2020. Ibadah puasa 1441 H tetap dilaksanakan namun dengan beberapa catatan di antaranya tidak melaksanakan salat tarawih di masjid melainkan melaksanakan salat tarawih di rumah masing-masing, sahur dan buka puasa individu atau bersama keluarga inti di rumah, tidak perlu sahur di jalan dan buka puasa bersama, Peringatan Nuzulul Quran dalam bentuk tabligh akbar ditiadakan, serta beberapa imbauan lainnya yang mengisyaratkan agar masyarakat tetap berada di rumah dan menghindari keramaian sebagaimana semboyan yang terus digaungkan pemerintah yakni #dirumahsaja.

Bulan Ramadhan disebut sebagai bulan suci karena pada bulan inilah Al-Quran diturunkan Allah kepada Nabi Muhamad Saw. Ibadah-ibadah yang dilaksanakan pada bulan ini akan dilipatgandakan oleh Allah Swt. Baik ibadah mahdah maupun ghairu mahdah. Baik ibadah dalam bentuk membaca Al-Quran, shalat, sedekah dan sebagainya maupun ibadah dalam bentuk interaksi sosial seperti kepedulian pada sesama, berbagai rezeki, dan membantu sesama. Momentum Covid-19 yang dinilai menghambat ibadah jamaah masyarakat Indonesia ternyata membawa beberapa keberkahan. Momentum ini merupakan waktu yang tepat untuk membangun kepedulian , kedermawanan, rasa cinta kasih  terhadap sesama khususnya kepada para tetangga di lingkungan sekitar. Jika pada Ramadhan sebelumnya, kita disibukkan dengan berbagai kegiatan dan agenda seperti  agenda buka bersama berderet rapi, kesibukan di luar rumah yang menjadi rutunitas kita, seperti bekerja, berbisnis, atau berpergian sering kali menghabiskan waktu. Kegiatan – kegiatan ini tampaknya membuat kepedulian pada tetangga dan lingkungan sekitar menjadi berkurang. Padahal kebersamanaan pada merekalah yang seharusnya didahulukan tergerus oleh agenda- agenda dan kesibukan selama Ramadhan sebelum pandemi Covid- 19 hadir.  Tampaknya pandemi covid – 19  ini hadir memberi makna pada umat islam akan pentingnya kebersamaan dan kepedulian pada sesama.

Langkah yang dapat dilakukan untuk membuat Ramadhan di tengah pandemi menjadi lebih bermakna ialah dengan membangun filantropi sosial kepada sesama muslim di sekitar kita. Bagaimana cara membangun kepedulian dengan sesama muslim di sekitar kita? Hal ini dapat dilakukan dengan cara sederhana seperti saling berbagi makanan untuk berbuka. Berbagi makanan merupakan salah satu amalan kecil yang dapat mempererat tali silaturrahmi. Selain itu, imbauan untuk berbuka di rumah juga dapat memberi makna tentang pentingnya keberadaan keluarga bagi kita yang masih memiliki keluarga lengkap. Momen ini menjadi momentum bagi kita untuk terus bersyukur dan terus membina kepedulian pada sesama.

Pada bulan suci ini, kita juga diamanahkan untuk lebih banyak membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran di bulan Ramadhan tentu memiliki keutamaan tersendiri bagi seorang muslim. Pahala bagi yang membaca Al-quran pun luar biasa besar dan dilipatgandakan. Tadarus pun dapat dilakukan bersama selama masih berada di rumah. Bersama ayah, ibu serta saudara-saudara sekalian. Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah Saw untuk menerangi rumah-rumah kita dengan lantunan ayat suci Al-Quran.

Momentum Ramadhan di tengah pandemi ini juga dapat dimanfaat umat muslim untuk meningkatkan kualitas puasa dan ibadah lainnya. Beberapa kegiatan yang dapat menguarangi kualitas puasa seperti  ghibah (gosip), menatap lawan jenis (yang bukan mahramnya) dengan syahwat,  berkata dusta dan mengeluarkan perkataan yang tak baik atau sia-sia. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi kualitas puasa ini biasanya dipengaruhi oleh aktivitas di luar. Maka, imbauan pemerintah untu tetap di rumah selama ramadhan sebaiknya dimanfaatkan dengan maksimal dalam rangka memperbaiki kualitas puasa.

Pandemi Covid-19 memberi dampak besar pada kehidupan masyarakat, termasuk di bidang ekonomi. Berdasarkan penuturan Kepala Dinas Tenaga Kerja , Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta Andri Yansyah,  tercatat sekitar 323.224 pekerja perusahaan di-PHK akibat pandemic Covid-19. Imbasnya, mereka tak lagi memiliki pekerjaan dan penghasilan selama Ramadhan. Maka, inilah salah satu ladang untuk berbagi dan meneber kepedualian kepada sesama. Momentum Ramadhan di tengah pandemic Covid-19 ini juga dapat dimanfaatkan dengan cara mengadakan bakti sosial berupa membagikan sembako kepada masyarakat terdampak Covid- 19. Tak ayal, Covid-19 mematikan ekonomi masyarakat kelas bawah. Mereka yang penghidupannya bergantung pada aktivitas di luar seperti pedagang mengaku kesulitan mencari nafkah sebab aparat keamanan melakukan penjagaan terhadap tempat dengan tingkat keramaian tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan mahasiswa dan relawan kemanusiaan untuk meningkatkan filantropi sosial, meningkatkan jiwa sosial dengan cara mengadakan bantuan sosial (bansos). Bantuan sosial dapat diberikan secara langsung dengan konsep door-to- door dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Kegiatan ini tentu akan sangat membantu masyarakat terdampak Covid- 19.

Pandemi Covid – 19 ini sebaiknya dimaknai sebagai teguran bukan sebaliknya sebagai bencana. Dengan kehadiran Covid-19 di tengah Ramadhan ini, memberi makna pada manusia khususnya umat Islam akan pentingnya membersamai keluarga selama Ramadhan, pentingnya sikap peduli dan empati terhadapa tetangga sekitar, serta menjadi peringatan bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas ibadah. Pandemi ini mengajarkan kepada umat manusia untuk lebih menghargai kehadiran keluarga, menghargai setiap pertemuan yang seringkali terbengkalai dan terabaikan oleh gawai, serta mengajarkan kita bahwa dunia dapat berubah dengan cepat atas kehendak- Nya. Covid-19 ini merupakan bentuk kuasa Allah yang mengisyaratkan kepada manusia untuk jangan bersikap congkak dan sombong.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Jodoh

  Terlalu menanti   36 : 36 hingga lupa 21 : 35 bisa datang tanpa aba – aba    ***   Manusia mana yang tak tertarik begitu membahas perihal jodoh? Manusia mana yang tak memiliki ketertarikan dengan lawan jenisnya. Setiap manusia tentu memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya karena itu adalah fitrah manusia. Namun, cara mereka mengelola ketertarikan itulah yang menjadi pembeda setiap manusia.   Apa yang terlintas dalam benakmu bila mendengar kata ‘jodoh’? pasangan hidup? Pangeran berkuda? Belahan jiwa yang telah lama kau cari? Yaa, agaknya itulah yang muncul dalam benak kita bila mendengar kata jodoh. Siapa yaa jodohku , katanya. Berbicara tentang jodoh berarti berbicara mengenai belahan jiwa. Katanya, Jodoh ibarat kepingan puzzle yang melengkapi hidup kita. Maka, wajar jika kita bertanya-tanya siapa dan di mana   belahan jiwa ini berada. Seperti namanya belahan jiwa maka jika terbelah selamanya ia akan terasa kosong, semacam ada yang kurang dalam hidup. Sudah, sudah jan

TIPS MENULIS ALA TERE LIYE

  “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ―   Pramoedya Ananta Toer   Menulis merupakan proses menuangkan isi pikiran dan gagasan ke dalam sebuah lambang-lambang bahasa. Menulis nyatanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Menulis adalah sebuah proses panjang yang memerlukan waktu dan latihan yang rutin. Menulis ibarat pedang yang semakin terasah akan semakin tajam. Artinya semakin dilatih kemampuan menulis akan semakin baik dan berkembang. Berbicara perihal menulis, pikiran sebagian remaja akan tertuju pada sosok bernama Tere Liye. Siapa yang tak mengenal Tere Liye? Seorang penulis terkenal yang telah menerbitkan puluhan novel dengan beragam genre. Dalam  suatu forum workshop kepenulisan yang diadakan pada 22 Desember 2022  di Lombok, Tere Liye hadir membawa obor dengan misi menyebarkan ilmu dan harapan untuk menambah penulis muda bertalenta. Tere Liye memampar

Hiduplah Seperti Dandelion

“Males ah bantu dia. Dia datangnya cuma pas butuh” kata si A sambil bergumam. Teman-teman pernah mengalami situasi seperti ini? Memiliki teman atau seseorang yang terkadang sangat jauh dari kehidupan kita. Lantas , tiba – tiba datang saat menginginkan bantuan atau membutuhkan sesuatu. Pasti ada bukan? Karena manusia di bumi ini memiliki beragam karakter. Maka sepatutnya kita menghargai perbedaan karakter tersebut. Bagaimana reaksi teman-teman jika mendapati seseorang seperti dalam kasus tersebut? Mengabaikannya? Just read pesan WhatsApp yang dikirim untuk memohon bantuan dari kita? Apapun dan bagaimapun reaksi kita sebaiknya kita menanggapinya dengan baik dan bijak kawan-kawan. Lah kok ditanggapi dengan baik dia kan tidak pernah hadir saat kita membutuhkan. Tidak pernah ada saat kita kesusahan. Bukankah sebaiknya kita membantu orang yang setia dan selalu ada bagi kita setiap saat saja?   Baik teman-teman mari kita bahas perihal ini secara perlahan. Selamat membaca dengan hati :)