Langsung ke konten utama

MENITI MAKNA PERJUANGAN

Sepak terjang kehidupan kita tak pernah lari dari masalah. Masalah sekecil apapun tetaplah bernama masalah. Bahkan masalah hati sekalipun. Namun, masalah-masalah tersebut sebaiknya tak menjadi hambatan dan halangan bagi kita untuk tetap bersemangat dalam meraih mimpi dan cita-cita. Melalui goresan  sederhana ini, penulis akan menceritakan pengalaman yang sangat luar biasa. Pertemuan penulis dan teman-temannya dengan sosok manusia yang sangat menginspirasi. Perjalanan hidupnya sangat patut diapresiasi bahkan dijadikan teladan dalam mengarungi bahtera kehidupan.
***
Perjalanan penulis bersama teman kelompoknya dalam menjalani kewajibannya sebagai mahasiswa membawanya bertemu dengan sosok yang sangat luar biasa. Sosok yang membuat mereka langsung terinspirasi dan bersemangat dalam meraih mimpi. Izinkan penulis memperkenalkan dua manusia istimewa ini dalam goresan sederhana ini.
Abdul Gawi dan Arya Kuswara adalah dua sosok yang dimaksud. Mereka adalah siswa inklusi di salah satu sekolah menengah atas di Mataram. Apa maksud kata inklusi pada kata tersebut teman-teman? Inklusi artinya siswa dengan kebutuhan khusus namun tetap belajar dalam ruang kelas yang sama bersama siswa reguler. Mereka merupakan siswa inklusi penyandang Tunanetra. Dua sosok ini sungguh luar biasa kawan. Dengan segala keterbatasannya , mereka berhasil mengukir prestasi yang sungguh di luar dugaan dengan mimpi-mimpi yang melangit yang mungkin kata orang “kau tak mungkin mampu meraihnya”. Mari dengarkan kisah ini dengan hati terbuka dan ikhlas kawan-kawan :)
Abdul Gawi akrab disapa Gawi merupakan siswa inklusi kelas 11 jurusan Bahasa. Ia merupakan siswa inklusi yang berprestasi teman-teman. Tak ayal, ia pernah meraih juara harapan 1 dalam lomba menulis karya ilmiah populer di Yogyakarta. Selain itu, ia pernah menjadi juara dalam lomba debat bahasa Inggris. Sungguh luar biasa teman-teman. Sosok dengan segala keterbatasannya mampu melewati labirin kemustahilan yang disangka orang banyak. Tak hanya dalam urusan akademik, Gawi juga merupakan hafiz yang telah menghafal Al-Quran. Dalam suatu kesempatan, penulis dan teman-temannya pernah mendengar lantunan ayat suci dari saudara kita yang satu ini.  Baik, kita lanjutkan dengan sosok menginspirasi berikutnya teman-teman.
Arya Kuswara juga siswa inklusi kelas 10 jurusan Bahasa. Arya kuswara merupakan sosok yang luar biasa pula kawan. Ia pernah menjadi juara dalam lomba catur. Arya memiliki mimpi dan cita-cita yang membumbung tinggi. Ia bercita-cita menjadi seorang programmer. Sebuah cita-cita amazing yang mungkin impossible bagi seorang penyandang tunanetra sepertinya. Namun, Arya selalu yakin bahwa cita-citanya suatu saat pasti tercapai dengan ikhtiar yang maksimal.
(Abdul Gawi dan Arya Kuswara)
Penulis memilih kedua sosok ini bukan sembarangan teman-teman. Apa yang dapat kita petik dari kedua sosok ini? Sungguh banyak pelajaran kehidupan yang dapat kita petik. Di antaranya adalah tentang makna perjuangan. Apa itu perjuangan teman-teman? Selama ini sudahkah kita berjuang untuk meraih cita-cita kita? Berjuang dalam versi Gawi adalah segala usaha yang dikerahkan untuk meraih cita-cita dan menebar manfaat. Perjuangan bukan tentang berapa kali kita terjatuh dalam berusaha melainkan  ketika kita mampu bangkit dari jatuh dan keterpurukan yang menimpa itulah perjuangan.
Kawan, mari kita merenung sejenak. Apa yang membuat kedua kawan kita ini, dengan segala keterbatasannya mampu meriah prestasi kian gemilang? Apa yang membuat semangat mereka terus menyala dalam belajar dan meraih mimpi? Satu kata yang membuat mereka semangat ialah tekad. Tekad untuk membahagiakan orang tua. Tekad untuk menjadi manusia yang berguna. Bayangkan kawan, sosok dengan segala keterbatasannya ingin menjadi berguna? Mungkin sebagian besar orang berkata tidak mungkin. Namun saudara kita ini, ingin menepis semua labirin ketidakmungkinan itu dan berkata pasti bisa.
Bukankah kedua sosok ini seolah menjadi tamparan keras bagi kita? Terkadang, tamparan-tamparan itu memang datang dari orang yang tak pernah kita sangka. Jika Gawi dengan segala keterbatasannya mampu menghafalkan Al-Quran, mengapa kita tidak? Mengapa kita , dengan segala nikamat kesempurnaan yang telah Allah karuniakan,  belum mampu menghafalkan Al-Quran barang 1 juz ? Sebuah tamparan keras bagi jiwa penulis tersendiri. Bahkan bagi kita semua. Bahwa di balik kekuarangan Allah menyimpan sebuah kemampuan istimewa pada hamba-Nya. Bahwa Tuhan kita, Allah, selalu memberikan keistimewaan pada setiap hamba. Maka bagaimana cara kita bersyukur pada setiap potensi itu? Ialah dengan cara memanfaatkan potensi itu di jalan kebaikan. Menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Bukankah sebaik- baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia?  

“Perjuangan bukanlah tentang seberapa berat hambatan yang dihadapi melainkan seberapa kuat dirimu untuk bangkit kembali setelah menerima kegagalan.”
-Abdul Gawi

Untuk itu, mulai detik ini mari kita terus memperbarui niat. Terus belajar dari hal-hal sederhana. Bertumbuh dan berubah dari tamparan-tamparan sederhana. Mulai melangkah untuk merajut mimpi-mimpi yang telah kita goreskan dalam doa-doa. Agar mimpi-mimpi tak hanya mewujud dalam alam hayal. Terus tanamkan optimisme dalam diri kita bahwa jika Allah sudah berkehendak maka terjadilah. Tetap semangat. semoga tulisan sederhana ini dapat memberi inspirasi dan manfaat bagi teman-teman sekalian :)  

Komentar

  1. Salut dengan mereka yang tidak pernah menjadikan kekurangan sebagai alasan untuk mencapai sesuatu yang mereka harapkan🧐🥺💕

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Jodoh

  Terlalu menanti   36 : 36 hingga lupa 21 : 35 bisa datang tanpa aba – aba    ***   Manusia mana yang tak tertarik begitu membahas perihal jodoh? Manusia mana yang tak memiliki ketertarikan dengan lawan jenisnya. Setiap manusia tentu memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya karena itu adalah fitrah manusia. Namun, cara mereka mengelola ketertarikan itulah yang menjadi pembeda setiap manusia.   Apa yang terlintas dalam benakmu bila mendengar kata ‘jodoh’? pasangan hidup? Pangeran berkuda? Belahan jiwa yang telah lama kau cari? Yaa, agaknya itulah yang muncul dalam benak kita bila mendengar kata jodoh. Siapa yaa jodohku , katanya. Berbicara tentang jodoh berarti berbicara mengenai belahan jiwa. Katanya, Jodoh ibarat kepingan puzzle yang melengkapi hidup kita. Maka, wajar jika kita bertanya-tanya siapa dan di mana   belahan jiwa ini berada. Seperti namanya belahan jiwa maka jika terbelah selamanya ia akan terasa kosong, semacam ada yang ku...

Wujudkan Pemerataan Pendidikan, Raih Kemerdekaan Belajar

   Oleh : LINA AGUSTINA   Universitas Mataram  "Melupakan satu hal berarti dapat membuat kefatalan yang cukup besar." *** Nelson Mandela, tokoh revolusioner antiapatride dan Presiden Afrika Selatan  menyatakan bahwa pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia. Pendidikan sebagai senjata paling mematikan karena dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan karakter sebagai bekal hidupnya. Pendidikan ibarat pabrik untuk menempa dan membentuk sumber daya agar siap menghadapi kehidupan. Untuk itu, pemerataan pendidikan adalah solusi untuk memajukan sebuah bangsa. Dengan meratanya kualitas pendidikan maka kualitas Sumber Daya Manusia juga akan sama di setiap daerah di suatu bangsa. Bagaimanakah makna pemerataan pendidikan? Apakah pemerataan pendidikan hanya bermakna penyetaraan kualitas sarana dan prasana? Setiap warga negara Indonesia berhak dan wajib mendapatkan pendid...