Langsung ke konten utama

TIPS MENULIS ALA TERE LIYE

 




“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
 Pramoedya Ananta Toer

 

Menulis merupakan proses menuangkan isi pikiran dan gagasan ke dalam sebuah lambang-lambang bahasa. Menulis nyatanya tak semudah membalikkan telapak tangan. Menulis adalah sebuah proses panjang yang memerlukan waktu dan latihan yang rutin. Menulis ibarat pedang yang semakin terasah akan semakin tajam. Artinya semakin dilatih kemampuan menulis akan semakin baik dan berkembang.

Berbicara perihal menulis, pikiran sebagian remaja akan tertuju pada sosok bernama Tere Liye. Siapa yang tak mengenal Tere Liye? Seorang penulis terkenal yang telah menerbitkan puluhan novel dengan beragam genre. Dalam  suatu forum workshop kepenulisan yang diadakan pada 22 Desember 2022  di Lombok, Tere Liye hadir membawa obor dengan misi menyebarkan ilmu dan harapan untuk menambah penulis muda bertalenta. Tere Liye memamparkan tips menulis dalam forum diskusi ini. Berikut adalah tips menulis ala Tere Liye

1.     Topik Menulis Bisa Apa Saja, Tapi Penulis Yang Baik Selalu Menemukan Sudut Pandangan Yang Special

Salah satu masalah yang sering dihadapi ketika menulis adalah kehabisan ide atau bingung hendak menulis apa? Padahal, alam semesta dan seisinya tak akan pernah habis untuk ditulis. Dalam hal ini, Penulis Novel Serial Bumi (red : Tere Liye) menyarankan untuk mengambil topik-topik sederhana sebagai ide tulisan. Apapun yang ada di sekitar dapat menjadi ide tulisan. Akan tetapi, penulis yang baik selalu menemukan sudut pandang yang spesial dari objek tulisannya. Contohnya ketika hendak menulis tentang mawar, sederhananya orang umum akan menulis mawar adalah bunga. Akan tetapi, penulis yang baik akan mampu menemukan sudut pandang yang spesial terhadap objeknya misalkan dengan mengibaratkan mawar sebagai seorang ratu yang cantik namun berbahaya dan sebagainya. Untuk menemukan sudut pandang yang spesial atau sudut pandang yang berbeda terhadap objek diperlukan banyak latihan dan membaca.

2.     Penulis Membutuhkan Amunisi, Tanpa Amunisi Tidak Akan Bisa Menulis

Menulis adalah proses menuangkan ide. Hal ini ibarat menuangkan isi teko ke dalam gelas. Bayangkan apabila teko tidak terisi air atau kosong, akibatnya gelas pun tak akan terisi. Amunisi yang dibutuhkan penulis dapat diisi dengan banyak membaca, banyak bertemu orang lain, dan banyak melakukan perjalanan. Tere Liye menceritakan bahwa untuk menulis novel berjudul Rindu dibutuhkan amunisi yang sangat banyak dengan riset selama dua tahun. Novel Rindu mengisahkan tentang perjalanan haji pada tahun 1938 menggunakan kapal laut. Proses kreatif dalam penulisan novel ini dilakukan dengan riset tentang kapal, pelabuhan, dan segala hal yang berhubungan dengan objek yang akan ditulis dalam novel. Tere Liye menuturkan bahwa di era globalisasi ini, kita akan semakin mudah dalam mengisi amunisi menulis. Hal ini dapat dilakukan karena adanya kemudahan mengakses berbagai informasi melalui internet.  

3.     Gaya Bahasa Adalah Kebiasaan, Kalimat Pertama Adalah Mudah, Menyelesaikan Lebih Gampang Lagi. PERCAYALAH

Gaya bahasa adalah pemilihan kata yang diguakan dalam menulis. Gaya bahasa setiap penulis umumnya berbeda karena menjadi karakteristik setiap penulis, gaya bahasa akan data ditemukan dengan terus berlatih.

“Tak masalah meniru gaya bahasa Tere Liye setelah membaca karya Tere Liye. Tak masalah meniru gaya bahasa Habiburrahman setelah membaca karya Habiburrahman. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu. Anda pasti akan menemukan gaya bahasa anda sendiri” tuturnya

Dalam mengasah gaya bahasa, penulis serial bumi ini menyarankan untuk menggunakan variasi kata atau sinonim kata untuk menghindari kata-kata klise atau biasa.

Kalimat pertama sering menjadi permasalahan dalam mengawali sebuah tulisan. Ibaratnya kalimat pertama adalah gerbang bagi sebuah tulisan. Dalam memulai tulisan, Tere Liye menyarankan untuk memulai tulisan dengan gamblang dan mudah. Apapun yang terlintas dalam pikiran segera tulis. Setelah itu, diamkan tulisan selama sehari untuk mengecek kembali tulisan dan diksi/ gaya bahasa yang anda gunakan.

Menyelesaikan sebuah cerita pun seringkali menjadi masalah utama seseorang dalam menulis.

“cerita ini harus berakhir seperti apa?”

Inilah kebingungan para penulis pemula.

Tere Liye menyarankan, untuk mengakhiri sebuah tulisan cukup akhiri saja jika sudah mentok. Entah akhir atau ending dirasa menggantung atau tidak jelas. Terkadang ketidakjelasan pun adalah sebuah akhir. Penulis ini memberikan pengibaratan para ulama ketika menulis, tak memikirkan bagaimana mengakhiri dari karyanya. Apabila sebuah karya yang belum berakhir masih memiliki lanjutan maka akan hadir jilid 2, jilid 3, dan seterusnya.

4.     LATIHAN, LATIHAN, LATIHAN

Pada akhirnya, tak ada teori yang paling ampuh tentang menulis selain latihan menulis. Segala macam tips menulis akan menguap begitu saja apabila tak dipraktikkan. Tugas seorang penulis adalah terus menulis dan produktif tanpa memikirkan bagaimana pendapat orang lain terhadap karyanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perihal Jodoh

  Terlalu menanti   36 : 36 hingga lupa 21 : 35 bisa datang tanpa aba – aba    ***   Manusia mana yang tak tertarik begitu membahas perihal jodoh? Manusia mana yang tak memiliki ketertarikan dengan lawan jenisnya. Setiap manusia tentu memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya karena itu adalah fitrah manusia. Namun, cara mereka mengelola ketertarikan itulah yang menjadi pembeda setiap manusia.   Apa yang terlintas dalam benakmu bila mendengar kata ‘jodoh’? pasangan hidup? Pangeran berkuda? Belahan jiwa yang telah lama kau cari? Yaa, agaknya itulah yang muncul dalam benak kita bila mendengar kata jodoh. Siapa yaa jodohku , katanya. Berbicara tentang jodoh berarti berbicara mengenai belahan jiwa. Katanya, Jodoh ibarat kepingan puzzle yang melengkapi hidup kita. Maka, wajar jika kita bertanya-tanya siapa dan di mana   belahan jiwa ini berada. Seperti namanya belahan jiwa maka jika terbelah selamanya ia akan terasa kosong, semacam ada yang kurang dalam hidup. Sudah, sudah jan

Hiduplah Seperti Dandelion

“Males ah bantu dia. Dia datangnya cuma pas butuh” kata si A sambil bergumam. Teman-teman pernah mengalami situasi seperti ini? Memiliki teman atau seseorang yang terkadang sangat jauh dari kehidupan kita. Lantas , tiba – tiba datang saat menginginkan bantuan atau membutuhkan sesuatu. Pasti ada bukan? Karena manusia di bumi ini memiliki beragam karakter. Maka sepatutnya kita menghargai perbedaan karakter tersebut. Bagaimana reaksi teman-teman jika mendapati seseorang seperti dalam kasus tersebut? Mengabaikannya? Just read pesan WhatsApp yang dikirim untuk memohon bantuan dari kita? Apapun dan bagaimapun reaksi kita sebaiknya kita menanggapinya dengan baik dan bijak kawan-kawan. Lah kok ditanggapi dengan baik dia kan tidak pernah hadir saat kita membutuhkan. Tidak pernah ada saat kita kesusahan. Bukankah sebaiknya kita membantu orang yang setia dan selalu ada bagi kita setiap saat saja?   Baik teman-teman mari kita bahas perihal ini secara perlahan. Selamat membaca dengan hati :)